Sungai Sariak, tepatnya di pasa panjang. Disanalah Ungku saliah dilahirkan. Memiliki nama asli Syech Kiramatulla Ungku Saliah. Beliau merupakan anak dari ayah bernama Tulih (suku: mandailiang) dan Ibu bernama Tuneh (suku: Sikumbang) . Semasa kecil beliau punya nama panggilan dawat/ dawaik.
![]() |
ungku-saliah |
Kemasyhuran ulama besar bermazhab Syafii ini tidak hanya di Minangkabau. Ulama besar kebanggaan masyarakat pariaman ini bahkan sampai dikenal sampai ke tanah Jawa bahkan lebih jauh.
Ungku saliah menjadi tokoh teladan masyarakat pariaman turun temurun. Setiap generasi pariaman pasti tau dengan beliau, bahkan kemanapun kita bertemu rumah makan atau tempat usaha yang dimiliki oleh orang pariaman, bisa dipastikan ada dipajang foto ungku.
Banyak cerita miring yang beredar tentang foto ini. Banyak yang mengatakan itu adalah penarik rezeki. Namun itu tidak benar adanya. Menurut salah satu pengakuan pemilik kedai nasi piaman. Itu adalah sebagai pengingat bagi kami, sebagai sosok teladan. Agar senantiasa berpegang teguh dengan islam, mencari hiduik dengan cara halal. Karena bila kita hidup dengan cara halal, Inshaallah doa akan mudah terkabul
Selain itu, pemajangan foto ungku saliah juga sebagai identitas. Karena hanya orang piaman yang memasang foto tersebut. Dengan demikian, mereka (orang pariaman) akan mudah menemukan dunsanak mereka di rantau. Sesama urang piaman itu badunsanak, entah itu hubungannya dekat atau jauh yang pasti tetap badunsanak.
Ulama yang digelari Shaliah, (shaleh) oleh gurunya tersebut sampai sekarang masih menjadi teladan dab idola bagi masyarakat minang, terutama yang berdarah Piaman. Pemajangan foto menjadi bukti dan metafora kecintaan terhadap ungku saliah.
Jadi jika anda berbelanja ke restoran minang dan menemukan foto hitam putih digantung di dinding. Memakai kopiah berwarna hitam, kepala sedikit miring ke kanan, dan bersarung kotak kotak. Berarti itu bukan rumah makan nasi padang, itu rumah makan pariaman. 😀 dan panggilannya bukan lagi uda, lebih tepat kalau anda memanggilnya dengan sebutan ajo.
“Bungkuih Nasi Randang duo , Jo”
Karena memang ‘Ajo’ adalah panggilan khas yang digunakan dalam budaya masyarakat pariaman.
sumber: wonderfulminangkabau.com
0 komentar
EmoticonEmoticon